Senin, 12 September 2011

TIP AMANKAN BAHAYA LAMPU HEMAT ENERGI

Ditulis Oleh :Wisnu Dewabrata, Pada Tanggal : 13 - 08 - 2011 | 13:58:07
Sudah lama lampu pijar (bohlam, bolep) sebagai sumber penerangan untuk perumahan, pabrik, maupun kawasan komersial, digantikan oleh lampu hemat energi jenis TL (Fluorescent Lamp) yang memang lebih terang. Penggantian itu, merupakan pilihan yang tepat, karena cahaya yang dipancarkan, meski terang tetapi lembut  dan tidak menyakitkan mata.
Disamping itu, menghemat pemakaian aliran listrik dan otomatis juga menghemat biaya rekening PLN. Kelebihan lainnya, umur lampu lebih panjang dari pada lampu pijar. Juga membantu menghambat pemanasan global. Memang lampu hemat energi banyak sekali keuntungannya. Namun informasi efek samping dari lampu TL itu tidak banyak diketahui, bahkan tidak ditemukan di kemasan, tentang bahayanya. Untuk mengetahui apa saja bahayanya, berikut ini urut-urutan pemahamannya.
BERISI GAS DAN MERCURY
Lampu TL tidak bekerja berdasarkan pemijaran filamen, tetapi menghasilkan cahaya berdasarkan terjadinya pelepasan elektron dalam tabung lampu. Pada kedua ujung tabung terdapat filamen tungsten, yang dilapisi suatu bahan yang dapat beremisi. Untuk lampu tabung filamen ini disebut juga elektrode. Salah satu filamen yang ada pada ujung tabung berfungsi sebagai anoda dan yang satunya berfungsi sebagai katoda. Untuk itu dibutuhkan daya aktif ( watt ) pada lampu TL.
Berdasarkan cara kerjanya, lampu TL terdiri dari 2 macam, yaitu, lampu dengan rangkaian yang menggunakan stater, dan lampu dengan rangkaian tanpa starter. Konstruksi lampu TL yang standart, terdiri dari tabung gelas yang terbuat dari kaca, soda kapur, dan di dinding bagian dalamnya dilapisi oleh bubuk fosfor sehingga tabung kelihatan berwarna putih susu. Kawat tungsten yang merupakan elektrodanya, dilapisi oleh pemancar thermionic.
Elektroda ditempelkan dengan cara dijepit pada sebuah lead-wire. Untuk lampu yang bekerja ekstra, pada elektroda biasanya dilindungi dengan perisai elektroda yang gunanya untuk menghindari terjadinya bercak hitam di ujung-ujung tabung lampu. Bercak hitam ini terjadi karena penguapan pemancar dari elektroda.
Lampu diisi dengan gas mulia seperti argon, pada tekanan 200 pa – 660 pa. Fungsinya untuk membantu proses penyalaan lampu. Disamping itu, juga dimasukkan mercury ( Hg ) ke dalam tabung yang digunakan dalam pembentukan cahaya. Pada temperatur waktu lampu tersebut beroperasi, terdapat tekanan dari mercury. Dan radiasi yang dikeluarkan oleh pancaran mercury, berupa sinar ultra violet, dengan panjang gelombang 253 – 257 nm. Lapisan fosfor pada bagian tabung berfungsi untuk mengkonversikan sinar ultra violet menjadi cahaya tampak, sehingga intensitas cahaya meningkat.
BAHAN BERBAHAYA
 Dalam kemasan lampu TL atau neon,  tidak tercantum tentang bahayanya lampu ini. Pemerintah sendiri, anehnya, juga tidak pernah mensosialisasikan hal itu. Padahal  masalah lampu hemat energi ini, penggunaannya terus digalakkan oleh pemerintah, tetapi tidak dibarengi pemberian informasi penting, mengenai bagaimana mengelola limbah lampu TL. Setidaknya sekali dalam setahun, kita mengganti lampu TL di rumah. Entah itu karena sudah rusak, bocor atau karena pecah. Kalau pecah, lebih berbahaya lagi.
Sesungguhnya dalam setiap lampu TL mengandung sampai 5 miligram mercury, dalam bentuk uap atau bubuk. Jika ceroboh menggunakannya, dapat membahayakan keselamatan, terutama untuk balita, anak-anak dan wanita hamil. Dengan catatan bahaya itu akan timbul jika bola lampu pecah. Uap raksa ini menkonversi energi listrik menjadi cahaya ultraviolet sehingga substansi fosfor pada tabung menjadi berpendar.
Inilah bedanya lampu pijar dan lampu TL. Kalau lampu pijar (bohlam, bolep) menyala karena adanya tahanan di kumparan tungstennya. Tetapi kalau lampu TL itu menyala karena berpendar. Jadi antara berpijar dan  berpendar, berbeda jauh. Khusus untuk berpendar hanya membutuhkan sedikit energi, makanya lampu TL watt-nya kecil.
Menurut laporan yang dikeluarkan lembaga penelitian Mercury Policy Project yang dibentuk negara bagian Maine dan Vermont Amerika Serikat, pemakaian lampu hemat energi disarankan untuk terus dilanjutkan. Namun ada hal-hal tertentu yang harus dipahami benar oleh konsumen. Seperti jangan menggunakannya untuk lampu meja terutama di rumah yang ada anak kecil atau binatang.
Soalnya, beberapa miligram mercury dan uap raksa saja, sudah bisa meracuni metabolisme tubuh manusia. Apalagi bila terkena pada anak-anak, bisa menurunkan IQ dan berdampak panjang pada usia lanjut. Uap raksa ini adalah neurotoksin, ialah racun yang sangat berbahaya dan berakibat fatal pada otak dan ginjal. Jika mercury terakumulasi dalam tubuh dapat merusak sistem syaraf, janin dalam kandungan, dan jaringan tubuh anak-anak.
Kenapa penggunaan lampu TL menggunakan mercury? Karena dapat menghemat energi 2/3 pembangkit listriknya. Cukup signifikan memang dibanding dengan penggunaan lampu pijar yang menkonsumsi banyak daya. Masih digunakannya mercury, karena memang belum ada pengganti sebaik mercury.
TIP AMANKAN BAHAYA LAMPU HEMAT ENERGI
Berikut ini “Tip Amankan Bahaya Lampu Hemat Energi”, khususnya bila karena disengaja atau tidak disengaja, lampu TL pecah.  Hal pertama yang dilakukan adalah menjauhkan anak-anak dari ruangan, dan membuka ventilasi udara lebar-lebar.
Diingatkan, jangan sekali-kali menggunakan mesin penyedot debu, meskipun pecahan lampu itu bertebaran di karpet. Saat membersihkan, gunakan sarung tangan karet dan kertas untuk memungut serpihan kaca. Bersihkan daerah yang terkena dengan menggunakan handuk basah. Jika ada penghuni rumah yang masih anak-anak atau wanita hamil, sebaiknya memotong karpet yang terkena serpihan dan membuangnya.
Selanjutnya, langkah-langkah yang harus diambil sebgai berikut:
  1. Sebelum membersihkan buka semua ventilasi ruangan, jendela, pintu dan tinggalkan ruangan paling tidak 15 menit.
  2. Matikan semua sistem ventilasi yang menggunakan kipas termasuk AC.
  3. Bila lampu pecah di permukaan seperti lantai, ambilah pecahan kaca menggunakan kertas yang agak kaku atau karton dan tempatkan di kantong plastik
  4. Gunakan selotip atau isolasi untuk mengambil sisa-sisa serpihan halus / remah-remah kaca.
  5. Seka lantai dengan lap basah dan buang di kantong plastik.
  6. Jangan sekali-kali menggunakan sapu atau vacuum cleaner untuk membersihkan pecahan kaca, karena akan memperluas sebaran debu serbuk mercury.
  7. Segera buang kantong plastik yang tutup rapat dengan membuangnya sejauh mungkin. Di negara maju, untuk pembuangan sampah, khususnya limbah lampu TL diatur secara ketat dan ada recycling center khusus lampu TL.
  8. Cuci tangan dengan sabun sampai bersih.
  9. Untuk di area Industri, yang menggunakan lampu TL, sebaiknya limbah lampu TL nya dilakukan pengelolaan, dan ditempatkan ditempat yang khusus misalnya di TPS B3.
PENGGANTI LAMPU TL, BEBAS MERCURY
Adakah pengganti lampu TL bebas mercury? Jawabannya: ada. Sekarang pun sudah bisa dibeli di toko-toko listrik terdekat dari rumah Anda. Negara Jerman berhasil memproduksi lampu hemat energy yang bebas bahan berbahaya mercury, yang bisa mengganggu kesehatan manusia.Namanya LAMPU LED (Light Emitting Diode) yang diproduksi oleh Megaman, salah satu produsen lampu terkemuka di Jerman.
Keunggulan dari lampu LED, selain hemat energi dan bebas mercury, juga memiliki inovasi pencahayaan yang lebih baik. Lampu ini mampu mengatur panas sehingga menjadi tolok ukur industri lampu lainnya. Lampu LED Megaman, bisa menghemat energi listrik lebih dari 80 persen.
Bila lampu hallogen menghabiskan energi listrik hingga 75 watt dengan sinar terangnya yang sama, LED hanya mengkonsumsi listrik 15 watt. Bisa memiliki sudut pandang cahaya yang sama dengan hallogen sehingga kekuatan cahaya yang dihasilkan, lebih terang. Namun lampu yang baru diproduksi ini, memiliki daya 7 hingga 15 megawatt, dengan harga yang relatif masih mahal. (Wisnu Dewabrata/dari berbagai sumber)

Kantor Pusat Unilever dengan 100% Lampu LED menghemat 70%

Kantor pusat Unilever di Hamburg telah menjadi salah satu dari sedikit kantor yang menggunakan 100% lampu LED untuk sumber penerangannya.
Tidak tanggung-tanggung, sekitar 3000 lampu telah diganti dengan LED di seluruh gedung dan 1400 buah lampu yang digunakan di seluruh ruang kerja.

Dengan penggantian lampu biasa ke lampu LED, pihak Univeler mengatakan bahwa mereka harus mengeluarkan uang sekitar 30% lebih besar dibandingkan dengan lampu biasa.
Di lain pihak, penggantian ke lampu LED akan mengurangi biaya pemakaian lampu sekitar 70% dibandingkan dengan lampu.
Seperti kita tahu bahwa lampu LED bukan saja bisa menghemat tagihan lampu tetapi juga akan berakibat tidak langsung terhadap pemakaian pendingin ruangan (AC) karena lampu LED tidak sepanas lampu biasa.
Pertanyaan kami kenapa bedanya hanya 30% lebih mahal yah? Padahal setahu kami lampu LED jauh lebih mahal dibandingkan lampu biasa. Apa karena mereka belinya borongan yah? :-)
By the way, kantornya asik juga yah?? Tidak kalah sama kantor Facebook dan Twitter. :D
 
 

Berhemat sambil membuat Bumi menjadi Hijau ( Go Green )

Di jaman sekarang yang membutuhkan biaya besar, kita memang perlu memiliki kiat – kita untuk berhemat. Salah satu pos pengeluaran rutin bulanan kita adalah biaya listrik. Sudahkah Anda memperhatikan perlengkapan listrik di rumah Anda ? Bisa jadi Anda menggunakan peralatan listrik yang tidak hemat. Suatu terobosan di bidang pencahayaan adalah teknologi LED (Light Emitting Diode).

Teknologi LED ini sebenarnya sudah lama ditemukan, tapi biasanya hanya sebagi indikator di perlengkapan elektronika saja. LED baru digunakan sebagai sumber penerang utama dalam dasawarsa terakhir ini. Kita dengan mudah menjumpai senter dengan menggunakan LED yang sangat terang. Bahkan pabrik mobil papan atas pun sudah membekali lampu kendaraan premium mereka dengan teknologi LED. Apa saja sih kelebihan teknologi LED ini ?
Keuntungan yang paling utama dari penggunaan lampu LED adalah sangat hemat energi. Konsumsi listrik lampu LED hanya sebesar 20% dari lampu pijar biasa. Atau dengan kata lain, Anda dapat berhemat 80%. Bahkan setelah dihitung bahwa setelah 18 bulan maka biaya penghematannya sudah seharga lampu itu sendiri (break even point). Di jaman sekarang ini, setiap watt nya harus kita perhitungkan.
Panas yang dihasilkan sangat minim, karena lampu LED lebih optimal mengubah energi listrik menjadi cahaya. Hal ini membuat ruangan tetap nyaman, penggunaan pendingin ruangan (AC) pun dapat lebih dihemat.
Awet luar biasa. Apakah Anda pernah mengganti lampu LED yang menjadi indikator di televisi Anda atau di handphone Anda. Bisa jadi televisi dan handphone Anda sudah rusak terlebih dulu sebelum lampu LED nya rusak. Lampu LED usianya rata-rata 50.000 -100.000 jam. Jika dihitung penggunaan rata-rata selama 12 jam sehari, maka lampu LED ini dapat bertahan lebih dari 10 tahun. Wow bayangkan penghematan yang Anda dapatkan.
Ramah lingkungan. Lampu LED bebas dari bahan kimia berbahaya yaitu timah dan merkuri, bahkan dari emisi ultra violet (UV) sehingga lampu LED akan menciptakan lingkungan yang aman untuk orang yang kita cintai.
Warna yang dihasilkan oleh lampu LED ini sangat nyaman di mata, tidak menyilaukan. Sehingga bukan rahasia lagi kalau saat ini hampir seluruh desainer interior menggunakan lampu LED dalam merancang pencahayaan untuk rumah tinggal, toko, kantor bahkan untuk suatu pameran / exhibition. Karena pencahayaan yang dihasilkan terlihat lebih elegan dengan memberikan ambiens yang berbeda.

Pilihan model, warna, bidang sorot dan juga intensitas cahaya yang ditawarkan pun saat ini sudah beragam sesuai kebutuhan penggunanya. Anda dapat menggunakan nya untuk di kamar, lampu baca, lampu hias dinding, lampu penyorot lukisan, dan lain sebagainya.
Dengan beragam keuntungan di atas, mengapa kita tidak mempertimbangkan untuk mengganti lampu rumah kita dengan LED, selain hemat di kantong juga sekaligus membuat bumi lebih hijau. Penghematan biaya listriknya bisa kita gunakan untuk berwisata atau kuliner bersama keluarga. Asik kan…

Pertanian Masa Depan: Tanpa Matahari, Sedikit Air, Lebih Enak

Tanaman disinari lampu LED merah dan biru yang dikembangkan PlantLab. Foto: gizmodo.com
 
TEMPO Interaktif, Berghem - Tanaman pangan yang tumbuh dalam kondisi tanpa cahaya matahari dan sedikit air ternyata bercita rasa lebih nikmat. Tanaman tersebut adalah hasil eksperimen perusahaan pertanian asal Belanda, PlantLab.

PlantLab mengerjakan eksperimen bercocok tanam di dalam ruangan tanpa jendela. Alih-alih menggunakan cahaya matahari untuk membantu kehidupan tanaman, mereka memanfaatkan lampu LED merah dan biru. Tanaman juga dikondisikan agar bisa hidup secara hidrofonik dengan 10 persen jumlah air daripada jumlah yang dibutuhkan pertanian gaya lama.

Penggunaan lampu LED sendiri mampu meningkatkan efisiensi proses fotosintesis tanaman. Pada pertanian biasa di luar ruangan, efisiensi pengolahan sumber daya hanya mencapai 9 persen. Melalui rekayasa PlantLab, efisiensi bisa ditingkatkan menjadi 12-15 persen. Perusahaan ini menargetkan efisiensi hingga 18 persen atau dua kali lipat biasanya.

Perkembangan tanaman dipantau rutin. Setiap detik, 163.830 informasi mengalir dari sensor yang diletakkan di berbagai bagian tanaman. Informasi ini digunakan sebagai umpan balik bagi peralatan penunjang kehidupan tanaman  agar sesuai dengan kebutuhan.

Teknik penanaman ini disebut sebagai pertanian urban. Teknik ini bisa dilakukan di gedung pencakar langit, gudang penyimpanan, dan bangunan bawah tanah.

Percobaan PlantLab sendiri bertujuan untuk membantu manusia menciptakan lebih banyak makanan di saat dunia terkena krisis pangan. Dengan menyeimbangkan berbagai faktor penunjang kehidupan tanaman, produksi pangan bisa ditingkatkan sambil mendapatkan efisiensi.

“Dengan teknik yang kami kembangkan, hasil panen bisa ditingkatkan hingga tiga kali lipat dengan rasa lebih nikmat,” ujar Gertjan Meeuws dari PlantLab. “Tak ada kerugian dalam mengembangkan teknik ini. Kami hanya menanggung ongkos pengembangan pertama teknik ini.”

Budidaya Tanaman dalam Rumah Kaca Bertingkat

Sains dan Teknologi 

 

Untuk mememecahan masalah pangan tanpa merusak lingkungan, sejumlah ilmuwan menawarkan visinya: membangun ladang dalam ruangan bertingkat dengan dukungan teknologi.

 

Gambaran pertanian dalam ruangan di masa depan, sepintas kelihatan seperti fiksi ilmiah yang biasanya ditampilkan dalam komik dari seabad lalu. Pakar mikrobiologi dari Universitas Columbia di New York, Dickson Despommier membuat gambaran kolase foto dari kota megapolitan di tahun 70-an, yang tercekik oleh populasi penduduknya yang melewati kapasitas. Terlihat kawasan pemukiman kumuh berupa gedung-gedung pencakar langit, di bawahnya jalanan kelihatan seperti ngarai sempit yang gelap. Diantara gedung-gedung pencakar langit, Despommier menambahkan sejumlah bangunan bertingkat tinggi berwana hijau.
Inilah yang ia maksudkan sebagai ladang pertanian di dalam ruangan berupa rumah kaca bertingkat banyak. “Saya yakin, gagasan membudidayakan tanaman di gedung bertingkat, bagi para penulis fiksi ilmiah tidaklah baru. Akan tetapi ini hal baru bagi usaha pertanian komersial. Saat ini di seluruh dunia belum ada rumah kaca bertingkat. Penyebabnya semua rumah kaca yang horizontal dibangun di atas lahan yang harganya murah. Di Amerika Serikat bahkan ada yang luasnya 128 hektar di tengah gurun,” ungkap Dickson Dispommier.
Dickson Despommier (Foto: flickr.com)Bildunterschrift: Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift:  Dickson Despommier (Foto: flickr.com)
Bercocoktanam Tanpa Merusak Lingkungan
Untuk membuka lahan pertanian atau perkebunan baru, dalam beberapa dekade terakhir ini setiap harinya lahan hutan dijarah dan dibabat habis. Agar dapat menanam padi, jagung, gandum, tomat atau kelapa sawit negara-negara berkembang dan ambang industri seperti Brazil, Indonesia, atau negara-negara di Afrika justru memusnahkan lapisan tanah yang subur.
Despommier meyodorkan gagasannya, dengan rumah kaca bertingkat dalam ukuran raksasa atau yang disebutnya pertanian vertikal, aksi membabat hutan itu tidak diperlukan lagi. Tanaman tidak lagi dibudiyakan dengan medium tanah, melainkan dengan cara hydrokultur. Sumber cahayanya adalah lampu-lampu LED yang hemat energi. Sejauh ini memang telah dilakukan pertanian dengan metode hydrokultur secara besar-besaran, akan tetapi masih terbatas pada rumah kaca satu tingkat atau disebut pertanian horizontal.
Akan tetapi, membangun rumah kaca raksasa bertingkat tiga misalnya, memicu munculnya masalah baru yang harus dihadapi. Pakar mikrobilogi Despommier menjelaskan, “Pemasokan air dan energi harus dibangun. Bibit tanaman dari satu tingkat tidak boleh tercampur dengan bibit dari tingkat lainnya. Dengan itu jangan sampai tumbuh jagung di tempat yang seharusnya tumbuh gandum. Pekerjanya harus menjaga kebersihan, agar jangan sampai membawa penyakit tanaman. Juga harus dijamin bahwa bangunannya kedap udara, dan di dalam gedung tekanan udaranya lebih tinggi ketimbang di luar. Tapi semuanya secara teknis dapat dibangun di sebuah rumah kaca semacam itu.“
Pertanian vertikal dalam rumah kaca juga memiliki keunggulan tersendiri, dan mampu memecahkan masalah yang biasa muncul dalam pertanian konvensional. Pertanian terbuka, selalu menghadapi masalah sinar matahari, angin, hama, banjir atau serangan udara dingin yang datang tiba-tiba. Despommier menonjolkan keuntungan pertanian vertikal dalam ruangan, “Di luar, petani tidak bisa menentukan, namun di dalam ruangan ia dapat menentukan sendiri semua prosedurnya. Misalnya jika ada pekerja yang membuat kesalahan membawa penyakit tanaman dan panen akan rusak, di ladang para petani harus menunggu penanaman hingga tahun depan. Di dalam sebuah rumah kaca, pada keesokan harinya ia sudah dapat menanam sesuatu.“
Pertanian Metropolitan Skala Kecil
Lahan hutan di Riau yang dibakar untuk dijadikan areal perkebunan (AP Photo/Tatan Syuflana) Bildunterschrift: Lahan hutan di Riau yang dibakar untuk dijadikan areal perkebunan (AP Photo/Tatan Syuflana)
Memang dalam skala industri besar-besaran, gagasan rumah kaca raksasa bertingkat banyak masih berupa impian bagi masa depan. Namun dalam skala kecil-kecilan, apa yang disebut pertanian vertikal itu sudah dapat diwujudkan. Misalnya saja programer komputer Michael Doherty, sudah mempraktekannya dalam apa yang disebut windowfarm, atau pertanian di depan kaca jendela. “Ini sebuah sistem modular dari hydrokultur,. Kita dapat membudidayakan tanaman di depan jendela. Yang dipikirkan adalah orang-orang yang hidup di kota dan tidak memiliki kebun. Dengan windowfarm mereka dapat menanam tanaman bahan pangan di apartemen perkotaan, dan itu tidak memerlukan banyak tempat maupun energi,“ dijelaskan Michael Doherty.
Michael Doherty hendak terus memacu proyek windowfarm ini. Programer komputer yang kini tertarik pada bidang pertanian, memiliki sasaran untuk melakukan budidaya tanaman pangan dari lahan produktif yang selama ini diabaikan, yakni jendela-jendela kaca di kota metropolitan. Luas areal penanamannya juga disebutkan terus bertambang setiap tahun, seiring tumbuhnya gedung-gedung baru berteknologi modern yang memanfaatkan kaca sebagai dindingnya. Dengan materi sederhana atau daur ulang sampah botol plastik, Doherty membuat konstruksi semacam tirai bagi jendela di apartemen atau perumahan di perkotaan.
 “Windowfarm terdiri dari rangkaian botol air mineral berukuran satu setengah liter, yang dicat putih. Kita buat lubang pada botolnya dan memasukan tanamannya. Botol-botolnya kemudian dihubungkan, dan sebuah pompa memasok air dari sebuah wadah lewat jaringan selang bagi tanaman di jendela.”
Gagasan programer komputer itu terbukti mendapat sambutan cukup baik. Hingga kini tercatat 14.000 orang yang mengikuti proyek windowfarm ini. Kebanyakan diantaranya adalah penghuni perkotaan, yang membudidayakan tanaman sayuran kecil-kecilan di depan jendelanya. Mereka juga terus memperbaiki teknik penananam dan budidaya, dan lewat jalur internet saling mempertukarkan pengalamannnya. Tanaman buah-buahan apa yang tumbuh paling cepat? Bagaimana pemupukan yang optimal? Sejumlah warga, kini juga membudidayakan ikan dalam tangki kecil yang diatur sirkulasi airnya.
Dari proyek itu, para pakar pertanian mengharapkan, suatu hari nanti dari pertanian vertikal, dapat memasok bahan pangan bagi jutaan orang. Lahan pertanian dapat digunakan untuk tujuan lain, dan hutan tidak perlu lagi dijarah serta dibabat habis. Dengan gagasan pertanian vertikal, kelestarian alam dapat terjaga dan manusia juga memperoleh cukup bahan pangan.
Phillip Artelt/Agus Setiawan
Editor: Yuniman Farid

PEMAKAIAN LAMPU LED DAPAT MENGURANGI GLOBAL WARNING

NetSains.com-Pernahkah Anda mendengar tentang LED?  Ketika Anda menyalakan televisi, komputer, pengeras suara  (speaker), hard disk eksternal, proyektor LCD, maupun  perangkat elektronik lainnya, sebuah lampu kecil akan menyala  sebagai indikator bahwa perangkat tersebut sedang dalam proses  kerja. Lampu yang umumnya bewarna merah atau kuning tersebut  dalam dunia teknik dikenal dengan nama light emitting diode  atau yang kita kenal dengan singkatan sehari-hari sebagai LED.
Secara sederhana, LED didefinisikan sebagai salah satu  semikonduktor yang mengubah energi listrik menjadi cahaya.  LED merupakan perangkat keras dan padat (solid-state  component) sehingga unggul dalam hal ketahanan (durability).  LED banyak digunakan dalam perangkat elektronik karena  ukurannya yang mini dan praktis, serta konsumsi dayanya yang  relatif rendah. Usia yang sangat panjang, lebih dari 30 ribu jam,  menambah keunggulannya. Sayangnya, suhu lingkungan yang  terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan elektrik pada LED itu  sendiri. Selain itu, harga per lumen (satuan cahaya) yang lebih  tinggi membuat masyarakat memilih cara penerangan biasa  dengan lampu pijar maupun neon.
Efisiensi lampu pijar dan neon
Lampu pijar (incandescent lamp) menggunakan filamen tipis di  dalam bola kaca yang hampa udara. Arus listrik mengalir dan  memanaskan filamen. Pada suhu yang sangat tinggi, cahaya akan  berpijar pada filamen tersebut. Apabila bohlam bocor dan  oksigen menyentuh filamen panas, reaksi secara kimia akan  terjadi sehingga lampu rusak dan tidak dapat digunakan lagi.
Bohlam pijar masih banyak digunakan di Indonesia terutama di  kota-kota kecil sebab harganya yang paling murah di antara jenis  lampu lain khususnya yang berbahan gas. Pada proses  pencahayaannya, lebih dari 90% energi yang dihasilkan berupa  inframerah dan panas. Selain itu, usianya yang hanya 1.000 jam  sangat pendek dibandingkan dengan lampu lain yang lebih efisien.
Selain pijar, jenis lampu yang banyak digunakan pada masa kini  adalah lampu dengan bahan gas, umumnya neon (fluorescent  lamp). Lampu ini memerlukan uap merkuri untuk menghasilkan  sinar ultraungu (UV light). Sinar ini kemudian diserap oleh fosfor  yang melapisi bagian dalam kaca sehingga cahaya akan  berpendar. Panas yang dihasilkan lampu ini lebih sedikit daripada  lampu pijar tetapi masih ada energi yang hilang saat memproses  sinar ultraungu menjadi cahaya yang kasat mata.
Di antara berbagai jenis lampu, lampu neon termasuk kategori  lampu hemat energi dan banyak dipakai di perumahan dan  perindustrian. Lampu neon dapat berusia 10 ribu jam, sepuluh kali  usia lampu pijar. Namun dampaknya bagi lingkungan, kedua jenis  lampu ini cukup berbahaya. Lampu pijar sangat boros dalam  efisiensi energi dan cahayanya tidak cukup terang, sehingga di  negara-negara maju lampu ini sudah jarang dipakai lagi.  Kandungan merkuri pada lampu neon pun tidak baik bagi  kesehatan manusia maupun lingkungan. Tingkat efisiensi energi  yang rendah membawa pengaruh bagi pemanasan global.
Hemat energi, hemat biaya
Lampu pijar dan neon tidak berguna lagi setelah bohlamnya  pecah, namun tidak demikian dengan lampu LED. Lampu ini  merupakan jenis solid-state lighting (SSL), artinya lampu yang  menggunakan kumpulan LED, benda padat, sebagai sumber  pencahayaannya sehingga ia tidak mudah rusak bila terjatuh atau  bohlamnya pecah. Kumpulan LED diletakkan dengan jarak yang  rapat untuk memperterang cahaya. Satu buah lampu ini dapat  bertahan lebih dari 30 ribu jam, bahkan mencapai 100 ribu jam.
LED hanya memiliki 4 macam warna yang kasat mata, yaitu  merah, kuning, hijau, dan biru. Untuk menghasilkan sinar putih  yang sempurna, spektrum cahaya dari warna-warna tersebut  digabungkan. Yang paling umum dilakukan adalah penggabungan  warna merah, hijau, dan biru, yang disebut RGB. Sampai saat ini,  pengembangan terus dilakukan untuk menghasilkan lampu LED  dengan komposisi warna seimbang dan berdaya tahan lama.
Keunggulan dan kelemahan lampu LED sama dengan yang  terdapat pada LED itu sendiri. Namun, manfaatnya terasa dalam  menekan pemanasan global dan mengurangi emisi karbon dunia.  Lampu ini berasal dari bahan semikonduktor, jadi tidak  diproduksi dari bahan karbon. Bila lampu LED digunakan di  seluruh dunia, total energi listrik untuk penerangan dapat  berkurang hingga 50%. Selisih emisi karbon yang dihasilkan dunia  bisa mencapai 300 juta ton per tahunnya.

Kamis, 08 September 2011

KENYAMANAN RUMAH ANDA DENGAN CAHAYA LED

   Setiap individu selalu memimpikan hunian yang nyaman dan aman dalam hidupnya. Terutama anda yang telah berkeluarga wajib untuk memilih hunian yang menunjang aktivitas anda di rumah. Anda tentu akan berusaha untuk membuat suasana rumah nyaman dan aman untuk mereka dan anak-anak mereka.
Untuk menciptakan keadaan tersebut, sebelum anda membangun atau membeli rumah, perhatikan dulu desain interior dan eksterior dari rumah yang diinginkan. Mungkin untuk desain eksteriornya, anda bisa menyesuaikan dengan kebutuhan anda. Contoh : anda adalah seorang pegawai kantoran dan memiliki kendaraan, maka anda harus mendesain bagian luar rumah anda agak sedikit lebar. Hal ini bertujuan sebagai garasi dari kendaraan anda. Ini juga bermanfaat bagi anda yang masih memiliki balita, halaman yang luas akan memberikan tempat bermain bagi anak anda natinya.

Pada desain interiornya, anda harus mengatur sedemikian rupa agar terlihat menarik dan nyaman bagi keluarga anda. untuk pencahayaan pada rumah anda. Mungkin anda adalah seorang workoholic sehingga bekerja sampai larut malam, Anak2  harus belajar hingga malam, maka pencahayaan pada rumah anda sangat Penting. Salah satu solusi pencahayaan rumah kita adalah dengan menggunakan teknologi LED. Mengapa harus menggunakan teknologi LED? Menurut sumber yang saya baca, ada beberapa fakta yang menjadikan LED sebagai teknologi terdepan untuk pencahayaan rumah. Berikut akan saya berikan beberapa fakta tersebut.
  • LED diperkirakan akan menjadi sumber yang dominan untuk penerangan perumahan dan komersial dan akan diset untuk menggantikan lampu pijar cahaya.
  • teknologi pencahayaan LED menawarkan manfaat dan kemungkinan dalam desain dinamis yang tidak dapat dicapai dengan pencahayaan konvensional.
  • Pencahayaan LED yang ideal dapat menciptakan suasana lingkungan dan meningkatkan dampak visual dari sebuah ruang hidup. Lebih penting lagi, lampu LED solusi juga juga memberikan kenyamanan
  • Lampu LED memiliki daya tahan yang cukup lama dan dibuat dari bahan yang tidak beracun, tidak memancarkan panas dan memancarkan UV, serta menawarkan kemudahan untuk mengakomodasi pencahayaan suatu ruangan yang luas. Selain itu, sebagai perangkat inheren digital, LED menghasilkan cahaya yang dapat dikendalikan sehingga dapat menyesuaikan dengan lingkungan.
  • Cahaya LED yang hemat energi tapi memberikan kualitas cahaya yang maksimal, sehingga membuat nyaman anggota keluarga untuk berada dirumah.
Berdasarkan keterangan diatas, maka tidak ada salahnya anda mencoba untuk menggunakan lampu berteknologi LED.  Selain berdasarkan faktor diatas, masih ada beberapa faktor lagi yang menjadi dasar bagi saya untuk menyarankan anda menggunakan lampu LED sebagai media penerangan di rumah anda. Berikut akan saya sampaikan beberapa keunggulan lampu berteknologi LED kepada anda.
  • kualitas cahaya lampu LED memberikan kenyamanan dan ketenangan pikiran
  • Hal ini memberikan nuansa alami putih yang nyaman bagi mata anda, karena lampu tidak memberikan silau.
  • Sebagian besar lampu cenderung memancarkan panas setelah dihidupkan untuk beberapa waktu. Panas ini tidak hanya membuat secara fisik tidak nyaman, itu juga bisa menyebabkan potongan dekoratif Anda bahkan dapat mengubah warna dinding. Desain lampu LED menawarkan manajemen panas yang efisien.
  • Sebuah bola lampu pijar hanya berhasil mengubah sekitar 8% dari listrik yang dikonsumsinya menjadi cahaya. Dengan lampu LED, sekitar 15-25% dari energi yang dikonsumsi diubah menjadi cahaya. Dengan demikian, LED menghasilkan panas lebih sedikit.
  • Kualitas superior dari lampu menurunkan siklus penggantian, sebagai pemilik rumah tidak perlu mengubah bohlam, sehingga secara signifikan mengurangi biaya pemeliharaan.
  • Lampu LED cenderung lebih hemat energi ketimbang lampu pijar lainnya.
  • Lampu LED mengkonsumsi sampai energi 80% lebih kecil dari lampu pijar atau halogen, yang kemudian diterjemahkan menjadi penghematan biaya pada tagihan listrik Anda.
  • Lampu LED mampu bertahan hingga 10 – 15 tahun, sedangkan lampu pijar standar, biasanya berlangsung selama kurang lebih 18 bulan.
Banyak manfaat yang di berikan LED kepada kita sehingga membuat Rumah yang nyaman akan menciptakan keluarga yang harmonis.